Yogyakarta, 26 Juli 2024 – Konferensi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual (PPKS) di Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menyoroti kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi. Acara yang berlangsung selama tiga hari, dari 24 hingga 26 Juli 2024, ini dihadiri peserta dari berbagai daerah.
Pada hari kedua konferensi, Rhesa Zuhriya dan Alfida Nurcholisah, dosen dan mahasiswa dari Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Raden Mas Said Surakarta, mempresentasikan jurnal mereka berjudul “Project Multatuli Feat Lembaga Pers Mahasiswa: Implementasi Jurnalisme Kolaborasi dalam Pemberitaan Kasus Kekerasan Seksual.” Alfida Nurcholisah, sebagai presenter, menekankan pentingnya topik kekerasan seksual di kampus dan peran kolaborasi antara media independen seperti Project Multatuli dan Lembaga Pers Mahasiswa dalam mengungkap kasus-kasus tersebut.
“Kolaborasi ini menjadi angin segar dalam pemberitaan kasus kekerasan seksual dengan perspektif penyintas, mengutamakan perlindungan baik bagi penyintas maupun reporter yang meliput,” ujar Alfida. Ia menambahkan bahwa pemberitaan yang menyeluruh dan edukatif diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku dan meningkatkan kesadaran di lingkungan kampus.
Menurut survei Rifka Annisa Woman Crisis Center Yogyakarta pada tahun 2020, 50,3% dari 324 responden mahasiswa di 19 universitas di Yogyakarta mengaku pernah mengalami, mendengar, atau melihat kekerasan seksual di kampus. Direktur Rifka Annisa, Indiah Wahyu, menyatakan bahwa sebelum diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pembentukan Satgas PPKS, penanganan kasus kekerasan seksual di kampus seringkali terhambat oleh prosedur yang berbelit.
“Kami sering merasa sendirian dalam menangani kasus-kasus ini karena kurangnya kejelasan dalam proses administrasi,” kata Indiah.
Sri Wiyanti, Ketua Satgas PPKS UGM, menambahkan bahwa pembentukan Satgas merupakan langkah penting dari pemerintah untuk memberantas kasus kekerasan seksual. Namun, ia menekankan pentingnya kerjasama dengan berbagai mitra untuk penanganan yang efektif.
Konferensi ini diinisiasi oleh Satgas PPKS dari berbagai perguruan tinggi, termasuk UGM, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Airlangga, serta Program Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif (INKLUSI) dan Yayasan BaKTI. Tujuannya adalah memperkuat sinergi antar Satgas PPKS, meningkatkan kapasitas penanganan kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi, serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terutama pendidikan berkualitas dan kesetaraan gender.
Konferensi ini dihadiri oleh 100 peserta, termasuk anggota Satgas PPKS, praktisi, ahli, pemerhati gender, serta mahasiswa yang terlibat dalam pencegahan kekerasan seksual di lingkungan universitas.