Senin, 23 Agustus 2021, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) menyelenggarakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) untuk Mahasiswa KPI angkatan 2018.Acara KKL dipandu Ramadhan Eka Gandi.

Sambutan yang pertama disampaikan oleh ketua program studi KPI Agus Sriyanto M.Si, “KKL KPI biasanya dilaksanakan di Jakarta dengan mengunjungi media-media sesuai dengan konsentrasi masing-masing. Namun, dikarenakan kondisi saat ini yang tidak memungkinkan maka KKL KPI tahun ini diadakan secara daring. Semoga teman-teman mahasiswa tetap semangat belajar, dan ilmu yang disampaikan tetap maksimal,” ujar Agus dalam sambutanya.

Sambutan berikutnya dari Dekan FUD, Dr. Islah sekaligus membuka acara KKL. “Prodi KPI ke depan harus melihat loncatan di era media sosial yang mulai menggantikan media massa. Itulah yang saya sebut evolusi, siapapun yang tidak bisa berdaptasi maka dia akan tertinggal. Teman-teman KPI harus fokus dengan perubahan-perubahan yang ada,” tutur Islah.

Selanjutnya, Rahmat Bilal selaku moderator membuka diskusi dengan opening statement “Mahasiswa harus melek dengan isu-isu terkini, sebagai calon pelaku media banyak hal yang harus kita persiapkan.”

Memasuki acara inti yaitu penyampaian materi dari Syifaul Arifin, jurnalis senior Solopos, relawan Mafindo Soloraya dan aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Solo. Ia menyampaikan bahwa pada zaman sekarang televisi dan radio mengalami banyak perubahan. Datangnya pandemi bisa diibaratkan sebagai era disrupsi kedua. Radio, televisi, koran, mungkin banyak yang mati. Namun, jurnalis tak akan pernah mati. Wartawan adalah orang yang dituntut untuk multitasking. Ketrampilan kita harus berkembang dan bertambah. Kita harus terbiasa bertemu dengan banyak orang baru. Mengembangkan kualitas diri dan mencari pengalaman-pengalaman baru adalah kuncinya.

Setelah pemaparan materi dari narasumber selesai, acara selanjutnya adalah sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias. Masing-masing perwakilan dari konsentrasi broadcasting, jurnalistik, dan public relation mengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang kritis. Misalnya ada yang bertanya bagaimana masa depan koran cetak di tengah era digital seperti sekarang. Juga muncul pertanyaan apakah hari ini Youtube lebih baik dari televisi. (Ayu Fitri Yuliani/ Jurnalistik 2018)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *