Sabtu (24/7/21) Abraham Zakky Zulhazmi, sekretaris prodi KPI IAIN Surakarta, menyampaikan materi literasi digital pada acara Digital Netizenship Academy yang diselenggarakan Solo Bersimfoni. Selain Zakky, terdapat Giri Lumakto (Mafindo) dan Khresna Bayu Sangka (Solo Bersimfoni) yang didapuk sebagai narasumber. Kegiatan tersebut diikuti 50 anak muda Solo Raya yang telah lolos seleksi. Digital Netizenship Academy bertujuan mengajak para remaja untuk berlaku toleran di media sosial. Tema yang diusung pada Digital Netizenship Academy kali ini adalah “Pelestarian Etika dan Moral di Ruang Digital”.
“Data menunjukkan, pada Januari 2021 jumlah pengguna internet di Indonesia adalah 73,7% dari total 275 juta penduduk. Jumlah tersebut tentu tidak sedikit. Namun, muncul pertanyaan: apakah kita sudah santun di media sosial? Apakah kita sudah cerdas di dunia digital?” Tanya Zakky mengawali pemaparan.
Zakky lalu meyitir hasil survei Microsoft yang menyebut bahwa netizen Indonesia paling tidak sopan se Asia Tenggara. Menurutnya, netizen yang mudah melakukan caci maki, bullying, fitnah, menyebar hoaks dan ujaran kebencian di media sosial adalah karena mereka menganggap dunia maya berbeda dengan dunia nyata. Seolah di dunia maya mereka bebas melakukan apapun. Padahal kesantunan di dunia nyata juga harus mewujud di dunia maya.
“Di sinilah pentingnya literasi digital. Secara sederhana, literasi digital adalah kemampuan mengoperasikan secara optimal teknologi digital. Namun, menurut Belshaw, setidaknya ada delapan elemen esensial literasi digital, yaitu critical, constructive, communicative, creative, civiv, cultural, cognitife, confident,” papar Zakky.
Secara ringkas, ia meminta semua peserta Digital Netizenship Academy untuk kritis di media sosial. Tidak menelan mentah-mentah informasi yang diterima. Menghargai perbedaan sehingga tidak mudah mencaci maki. Serta santun dalam berbahasa di media sosial. Zakky juga menjelaskan konsep moderasi beragama sebagai tawaran solusi yang menyokong upaya penguatan literasi digital.