Himpunan Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (HMPS KPI) IAIN Surakarta menggelar nonton bareng (Nobar) dan diskusi film dokumenter “KINIPAN” karya rumah produksi Watchdoc di Gedung C.101, pada Rabu (28/04/2021).

Acara ini dibuka secara langsung oleh Sekprodi KPI, Abraham Zakky Zulhazmi, H.A.Hum pukul 14.15 WIB. Beliau menyambut baik inisiatif dari HMPS KPI untuk mengadakan pemutaran dan diksusi film Kinipan.

“Saya sangat mengapresiasi pemilihan film Kinipan sebagai objek yang akan didiskusikan hari ini. Film ini menarik karena menyoal eksploitasi lingkungan, krisis dan ketimpangan,” ujarnya saat memberikan sambutan.

Ketua Umum HMPS KPI 2021, Ayu Fitri Yuliani menuturkan bahwa acara ini diselenggarakan guna membuka ruang-ruang diskusi khususnya bagi pada mahasiswa mengenai isu-isu kerusakan alam, pandemi, dan omnibuslaw.

“Saya rasa sudah sepantasnya kita memberikan perhatian lebih terhadap film dokumenter yang mengankat isu-isu semacam ini agar nalar kritis kita tetap terjaga dan terpelihara dengan baik,” tutur Ayu.

Film Kinipan yang disutradarai Dhandy Laksono ini berdurasi 2,5 jam serta mengambil lokasi shooting di antaranya Jambi, Kalimantan dan Bengkulu. Film ini bercerita tentang pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, tentang masyarakat yang kehilangan pekerjaan, dan munculnya ancaman krisis pangan. Menampilkan bagaimana perjuangan rakyat mempertahankan hutan yang justru dijawab pemerintah dengan berbagai kebijakan. Seperti Omnibus Law dan proyek lumbung pangan (food estate) yang berpotensi semakin memperburuk kerusakan lingkungan dan mengundang lingkaran setan pandemi di masa yang akan datang.

Selain mengadakan pemutaran film, acara ini juga turut menghadirkan Dimas Erdhinta Pratama Putra, S.Sn. yang merupakan pegiat film dokumenter Solo yang tergabung dalam Sodoc dan anggota asosiasi dokumenteris nusantara sebagai pemantik diskusi mengenai film Kinipan.

Diskusi berjalan cukup dinamis. Banyak peserta yang melontarkan komentarnya terhadap film ini, baik dari segi proses kreatif, produksi film hingga pesan-pesan yang tertuang di dalamnya.

“Film merupakan media propaganda, begitupun film dokumenter. Ia juga bisa digunakan sebagai media kritik terhadap pemerintah. Namun satu hal yang perlu diingat, sehebat apapun sebuah film dokumenter dia tetap bersifat subjektif,” terang Dhimas.

(Anisa PN/HMPS KPI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *