“Kampus merdeka harus benar-benar memerdekakan, bukan memenjarakan.” Demikian tutur Prof. Dr. Phil. Al Makin, rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam acara Workshop Review Kurikulum Kampus Merdeka di Hotel Lor In Syariah (15/9/20). Acara tersebut diadakan oleh Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta. Selain Prof. Dr. Phil. Al Makin, hadir pula sebagai narasumber Prof. Dr. Imam Taufik, rektor UIN Walisongo Semarang.

Prof. Dr. Phil. Al Makin pada sesi pertama menyampaikan kampus merdeka bertumpu pada empat hal, yakni etika, seni/estetika, knowledge, sport. Empat hal tersebut diilhami dari nilai-nilai Yunani kuno yang kemudian juga diserap oleh tradisi Islam.

Etika penting agar mahasiswa mampu menghargai perbedaan dan keragaman, tidak merasa menang sendiri, moderat dan toleran. Etika menjadi bekal ketika mahasiswa berkiprah di masyarakat. Tanpa berlandaskan etika, bangsa kita tidak akan pernah menjadi bangsa maju.

Selanjutnya, estetika/seni juga menjadi penopang kampus merdeka. Seni memuat nilai-nilai universal yang bersifat beyond (melampaui). Ia melampaui sekat-sekat agama, kesukuan dan kebangsaan. Kampus merdeka, tentu saja, juga ditopang knowledge/pengetahuan, baik eksata dan sosial. Terakhir, sport/olahraga merupakan penanda kampus merdeka yang juga harus dikembangkan.

“Akan tetapi, masalah kampus merdeka adalah selalu identik dengan serba online. Padahal tidak semua siap dengan hal tersebut. Mereka yang di pedalaman misalnya, yang harus naik pohon kelapa untuk menyimak kuliah online via Zoom,” ujar Prof. Dr. Phil. Al Makin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *