Reward and punishment harus berlaku. Bahwa dosen yang banyak publikasinya diberi reward, sedangkan yang tidak punya publikasi ilmiah sama sekali diberi punishment,” tutur Dr. Lukman, Sekretaris LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah, dalam acara Workshop Pedoman Rekognisi Dosen yang diadakan LPM IAIN Surakarta di Hotel Lor In Syariah, 12 Agustus 2020.

Pada acara tersebut, Dr. Lukman memotivasi dosen-dosen IAIN Surakarta untuk meningkatkan publikasi ilmiah. Lebih-lebih di era digital semua serba terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun. Peringkat dosen, prodi dan universitas dalam bidang publikasi misalnya, dapat diakses di http://sinta.ristekbrin.go.id/. Dari sana dapat terlihat mana dosen yang produktif dan mana yang tidak. Sinta saat ini telah terkoneksi dan terintegrasi dengan banyak lembaga, salah satunya LPDP.

Dr. Lukman berpesan setiap dosen harus berkarya secara berintegritsas. Ia menyebutkan saat ini terdapat beragam penyimpangan dalam publikasi karya ilmiah, di antaranya fabrikasi, falsifikasi, plagiat, keperangan tidak sah, konflik kepentingan dan pengajuan jamak. Mafia publikasi, kartel sitasi dan calo akademik  hari ini jadi persoalan pelik dunia publikasi ilmiah. Ketiganya  adalah contoh berkarya tanpa integritas. Selain itu hyperauthorship juga jadi sorotan, satu artikel jurnal ditulis oleh ratusan bahkan ribuan penulis.

Lapas dari itu, Dr. Lukman berharap jurnal-jurnal di IAIN Surakarta yang sudah siap untuk segera “naik kelas” ke Scopus. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pengelola jurnal sebelum submit scopus, yakni Copy Editing (Grammar, Formating, Technical Accuracy, Style and Accuracy) dan Substantive Editing (State of the Art, Method, Finding, Impact).

Abraham Zakky Zulhazmi, dosen KPI IAIN Surakarta, hadir dalam acara Workshop Pedoman Rekognisi Dosen tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *