Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir dua bulan di Indonesia ini berdampak pada semua sektor. Perintah social distancing dari pemerintah dilakukan untuk menekan jumlah positf corona yang terus bertambah setiap harinya. Sektor ekonomi yang paling berdampak dengan munculnya virus yang mewabah ke seluruh dunia ini. Sektor yang menjadi kebutuhan pokok umat ini lesu akibat pemberlakuan social distancing dan kehati-hatian agar tidak terjangkit virus. Ditambah dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PBBS) di beberapa provinsi seperti di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan disusul Tangerang Raya. Pejuang rupiah yang mengandalkan penghasilan harian seperti pedagang, ojek online, becak, dan supeltas langsung merasakan dampaknya akibat pemberlakuan tersebut. Yang tadinya hanya tidak boleh berkerumun, sekarang diharuskan menutup usaha utama mereka. Ojek online pun demikian, tadinya sudah sepi order ditambah degan aturan larangan mengangkut penumpang jelas membuat mereka semakin anyep orderannya, bahkan restoran-restoran yang mereka datangi saat memperoleh orderan food  juga ada yang tutup.

Bagi Apartur Sipil Negara (ASN) atau pengusaha besar yang mempunyai dompet tebal dan tabungan bejibun di bank tentu tidak masalah dengan penerapan social distancing . Mereka bisa tetap #dirumahaja dan hanya pergi keluar jika mendesak. Namun bagi kalangan bawah yang makan besok saja mengandalkan hasil harian tentu tidak bisa hanya berdiam diri di rumah. Pemerintah juga sudah berupaya membantu kalangan warga yang tingkat ekonomi rendah. Di antaranya dengan memberi keringanan biaya listrik hingga tiga bulan, penundaan penagihan kredit, dan bantuan sembako yang tidak merata. Namun warga yang tidak mendapat bantuan atau yang mendapat tentu tidak tinggal diam. Sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk memperoleh hasil untuk kebutuhan keluarga mereka, tentu dengan cara yang halal. Cara yang masuk akal dan mematuhi arahan dari pemerintah yaitu work from home, atau bekerja dari rumah.  Dengan begitu, jualan online menjadi pilihan terbaik untuk menjalankan arahan pemerintah tersebut. Penggunaan media sosial tentunya meningkat pesat karena banyak yang dirumah dan nganggur.

Pedagang musiman bermunculan menyusul dengan ramainya jual beli online. Yang paling gahar, jual beli masker medis merk terkenal yang harganya terus melambung akibat permintaan yang tinggi dan oknum penimbun masker yang memanfaatkan kondisi sekarang atau istilah jawanya aji mumpung, memanglah menggiurkan dengan laba berkali-lipat dari hasil nimbun masker. Tapi di sini saya tidak akan membahas masalah “azab bagi penimbun masker” atau hukum menimbun masker, karena itu bukan ranah saya dan tidak bisa sembarangan menjudge tindakan tersebut.

Jual beli online bisa dilakukan di media sosial, Whatsapp, Facebook, Instagram, dan aplikasi jual beli yang umumnya digunakan. Seperti di Facebook, sering muncul caption pada grup dan forum jual beli dengan ratusan komentar yang membanjiri positngan tersebut dengan penawaran berbagai macam barang dan makanan. Caption tersebut berbunyi “Gerakan ekonomi Indoneisa. Membeli dagangan teman sendiri, yang punya dagangan silahkan tawarkan disini plus no WA siapa tau jadi rejeki” yang diposting di grup anak kos. Ada juga yang jual beli handphone bahkan di grup info cegatan dan grup-grup yang tidak ada kaitannya jual beli. Caption tersebut dengan cepat direspons para pedagang, mulai dari yang baru saja berjualan online maupun yang sering jualan online. Pembeli pun lantas ikut berkomentar dengan menanyakan harga, kondisi, dan lokasi. Proses tawar menawar pun terjadi di postingan yang mengundang ratusan hingga ribuan komentar. Dan yang paling ramai tentu masker dong. Diikuti handsanitizer dan ayam yang harganya anjlok.

Hal tersebut memberi nafas segar bagi pedagang dan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk mengais rejeki lewat daring yang mudah, simpel, bisa dilakukan kapan saja. Meskipun akhirnya harus keluar rumah, namun hal tersebut bisa meminimalisir untuk mengundang keramaian.

Tak hanya di Facebook, di Whatsapps pun juga ramai-ramainya jualan online. Dari jualan Alat Pelindung Diri (APD), masker, dan hand sanitizer. Yang ramai tentu penjualan masker yang bisa diproduksi sendiri. Begitu menyenangkan saat barang kita laku lewat story  WA dan grup WA. Tak harus cantumin nomor, tinggal komentar atau pesan pribadi bisa langsung transsaksi.  Hal yang tidak pernah terbayangkan ketika grup pencarian bakat dan grup seminar online yang sudah selesai mendadak menjadi grup jual beli sembarang, ada juga yang membagikan grup-grup jual beli untuk memudahkan penjual dan pembeli.

Memang banyak yang jualan online saat ini. Ya maklum lah, semua orang ingin mempunyai pemasukan dan cara yang gampang dilakukan sekarang ya tentu jualan daring.

So, buat kalian siapapun di manapun bisa banget lah memanfaatkan koutamu untuk berdagang online. Open reseller juga banyak bertebaran di medsos. Jadi semua orang bisa berjualan asalkan niat dan tekun pasti menghasilkan dan tentunya gak mutungan. Mosok lagi posting sehari dua hari gak laku udah gak mau jualan?

Latif Ghufron Aula, mahasiswa KPI IAIN Surakarta angkatan 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *