Beberapa waktu lalu, di kuliah Editing dan Progamming saya bertanya kepada dosen saya mengenai seberapa efektif film sebagai media kampanye? Khusunya kampanye tentang melawan pengrusakan lingkungan, supaya masyarakat mau dan sadar untuk tergerak hati menjaga serta merawat alam. Jawaban dosen saya adalah bahwa film kurang efektif jika digunakan sebagai media kampanye tentang kerusakan alam, justru lebih efektif mitos daripada film itu sendiri.
Jawaban dosen saya itu membuat saya terkejut sekaligus meng-iya- kan secara spontan akan hal itu, dengan jawaban dosen saya itu mengubah stigma saya mengenai mitos yang sepenuhnya negatif seolah terbantahkan. Pikiran saya seolah menyadari bahwa mitos sebenarnya bukan hanya soal tahayul yang mengada-ada namun juga terselip misi menjaga lingkungan.
Sebenarnya, apa itu mitos? Menurut Sri Iswidayati (2007) mitos adalah suatu bentukan dari masyarakat yang berorientasi dari masalalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis dan kekal. Mitos sendiri dahulunya sangat diperhatikan masyarakat, mitos-mitos dipercayai dengan keyakinan penuh karena menganggap itu sudah menjadi warisan leluhur.
Contoh mitos yang dipercaya masyarakat salah satunya adalah menjaga area hutan yang terdapat pohon pohon besar berpenunggu (makhluk halus). Dengan mitos itu masyarakat akan senantiasa menjaga area hutan terlarang tersebut dan menjaga diri dari menebang/merusaknya. Kepercayaan mitos ini dipercaya sudah sejak zaman leluhurnya yang juga menjaga area hutan serta pohon-pohon tersebut. Leluhurnya sejak dulu menjaga pohon-pohon tersebut tanpa menebangnya karena takut ditimpa bala jika mereka melakukan perbuatan yang merusak dan membuat si penunggu marah. Efeknya, pohon pohon yang sejak dulu dijaga sekarang menjadi pohon-pohon besar di hutan.
Pertanyaan mengenai tepat kah mitos sepenuhnya dipandang negatif mulai terjawab. Dalam hal ini mitos tidak tepat jika hanya dipandang negatif seperti pemikiran sebagian besar masyarakat modern. Di dalam kehidupan bermasyarakat terutama di desa atau suku suku, mitos seolah menjadi penyelamat alam. Mitos mitos akan marahnya si penunggu suatu tempat atau suatu pohon jika tempat atau pohon tersebut dirusak menjadi aturan tak tertulis yang ampuh untuk menjaga alam itu sendiri.
Logika sederhana, jika masyarakat mempercayai mitos tentang larangan menebang pohon, menggunduli hutan serta merusak gunung maka masyarakat tidak akan melakukan itu semua, sehingga bencana bencana seperti banjir, tanah longsor dan bencana-bencana bisa dihindari. Secara tidak langsung mitos di sini mempunyai peran utama yang mendoktrin manusia secara halus untuk tidak merusak alam dan menghindarkan dirinya dari mara bahaya.
Mitos lain yang hampir serupa dengan mitos larangan menebang pohon dan juga merusak hutan adalah larangan memburu satwa tertentu seperti ular, gagak dan burung burung tertentu. Dengan larangan itu hewan hewan yang dimitoskan akan terjaga keberlangsungan hidupnya dan secara tidak langsung ekosistem alam akan terjaga karena hewan adalah bagian dari ekosistem.
Jika melihat kondisi di zaman sekarang, terjadi begitu banyak bencana alam yang asal muasalnya tentu dari ulah tangan manusia itu sendiri, yang dengan rasa tak bersalahnya mengeksploitasi bumi dan sumber daya alam. Rasanya kita memerlukan mitos untuk mengontrol itu semua. Akan menjadi sikap yang salah menurut saya jika kita dengan suara lantang menentang mitos dengan dalih logika logika saja. Karena di balik itu semua, mitos sudah menjadi pengontrol utama keseimbangan alam agar terjaga kelestarian lingkungan, jauh dari bencana dan mara bahaya akibat ulah manusia yang merusak.
Kita tahu para pegiat lingkungan sudah dengan bermacam cara mengkampanyekan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam, aturan-aturan pemerintah juga sudah mendukung para pegiat lingkungan. Masyarakat zaman dahulu pun sudah menjaga lingkungan mereka dengan mempercayai mitos yang mengharuskan mereka melestarikan lingkungan.
Itulah alasan mengapa kearifan lokal Indonesia perlu dijaga dan dilestarikan, karena sejatinya kearifan lokal merupakan jati diri bangsa yang bukan hanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia saja namun juga mempunyai efek positif bagi kehidupan. Dengan melestarikan kearifan lokal tentu kita ikut andil dalam menjaga sekaligus merawat kehidupan.
Mitos, bagi saya, adalah salah satu contoh dari kearifan lokal Indonesia yang patut kita jaga. Lupakan perdebatan benar tidaknya mitos, coba lihat efek positif dari adanya mitos. Berkat mitos-mitos yang terjaga di beberapa daerah, maka terjaga pula alam di sekitarnya. Mulai sekarang berhentilah melihat mitos hanya dari sisi negatif, karena boleh jadi berkat mitos kita bisa hidup tentram jauh dari amuk alam.
Esai ini ditulis oleh Fajar Mu`ti Abdillah (Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Surakarta) pernah diikutkan dalam lomba esai FUD Expo 2019