Photo by Bench Accounting on Unsplash

Boleh jadi buku Ilusi Media Sosial karya Jaron Lanier adalah buku tentang media sosial paling provokatif dan paling menggelisahkan yang pernah saya baca. Betapa tidak, buku itu mengusik kemapanan cara pandang kita mengenai media sosial. Memang, sudah banyak kita dengar pandangan-pandangan kritis mengenai media sosial, bahwa media sosial tidak 100 % mengandung hal positif. Hanya saja cara bertutur Lanier di buku tersebut bisa dibilang terlampau provokatif, bahkan cenderung agresif.

Pada buku setebal 203 halaman itu kita bisa menemukan judul-judul bab serupa: Meninggalkan Sosial Media adalah Cara Paling Tepat Sasaran untuk Melawan Kegilaan Zaman Kita, Media Sosial Sedang Merusak Kebenaran, Media Sosial Membuat Anda Tidak Bahagia. Provokatif, bukan? Buku ini benar-benar memaksa kita menanyakan ulang posisi sosial media di kehidupan kita.

Usai membaca buku Lanier kita mungkin akan merenungkan sejumlah hal: berapa lama waktu kita habis untuk berkubang di Instagram melihat foto teman-teman yang menikmati piknik di akhir pekan, yang justru membuat kita iri dan sakit hati sendiri? Berapa waktu terbuang untuk menonton video-video prank nir manfaat di Youtube? Masih adakah privasi ketika semua detil dari hidup kita kita unggah ke media sosial?

Menurut para pakar, setidaknya ada sudut pandang dalam melihat internet. Sudut pandang pertama adalah mereka yang pesismistis dengan internet dengan segala macam isinya. Internet hanya memiliki satu dampak, yaitu dampak buruk. Sedang sudut pandang kedua melihat internet dengan optimis, bahwa internet membawa banyak kemudahan dan membantu kehidupan umat manusia. Sedang sudut pandang ketiga berada di tengah-tengah: benar bahwa interenet punya banyak dampak baik, tapi tetap harus kritis memandang internet karena tidak sepenuhnya baik dan bermanfaat.

Barangkali Lanier merupakan seorang pengamat media sosial dengan cara pandang pertama. Ia sudah luar biasa pesimis dengan internet (media sosial). Sudah tidak lagi ia lihat manfaat media sosial. Baginya mungkin media sosial hanya berisi penipuan, perisakan, kepalsuan, konsumerisme, hilangnya kebebesan/otonomi dan hal-hal buruk lainnya. Sehingga tidak aneh jika di beberapa penutup bab ia memberi saran: tutuplah akun-akun medsosmu. Lanier misalnya menulis: Untuk membebaskan diri Anda, untuk lebih autentik, untuk tidak terlalu adiktif,  untuk tidak terlalu termanipulasi, untuk tidak terlalu paranoid, untuk semua alasan menakjubkan ini, hapuslah akun-akun Anda. (hlm. 39)

Tantangan bermedia sosial hari memang tidak sederhana. Sudah jadi pengetahuan bersama jika di tahun politik lalu kita diserbu banjir hoaks dan ujaran kebencian. Tak terhitung pula mereka yang depresi karena dirisak di media sosial. Belum lagi kasus penipuan dan sejenisnya yang juga marak. Hanya saja, begitu sesuram itukah media sosial? Tidak adakah jalan keluar?

Sejumlah kalangan telah berusaha menjadikan media sosial sebagai tempat yang nyaman untuk berinteraksi. Kita tentu pernah mendengar sepak terjang Mafindo yang bertungkus lumus membasmi kabar bohong. Ada pula komunitas Solo Bersimfoni yang mengkampanyekan nilai-nilai hasthalaku: guyub rukun, tepa selira (tenggang rasa), ewuh pekewuh (saling menghormati) dan pangerten (saling mengerti) dan bermedsos. Gerakan literasi digital juga terpantau mulai digencarkan untuk ekosistem internet yang lebih sehat. Belum lagi gerakan diet medsos yang perlahan menjadi tren.

Pun demikian, upaya-upaya itu (di mata Lanier) seperti tidak cukup. Ia betul-betul prihatin dengan fenomena kiwari: manusia dikendalikan oleh gawai, bukan sebaliknya. Lanier bicara cukup banyak tentang bagaimana algoritma bekerja di media sosial. Manusia jadi tak berdaya di hadapan media sosial.

Jadi apakah Anda sudah siap menutup akun medsos sesuai saran Lanier?    

Judul               : Ilusi Media Sosial; Sepuluh Argumen tentang Paradoks Medsos

Penulis             : Jaron Lanier

Penerjemah      : Elvan Adiyan Wijaya

Penerbit           : Cantrik Pustaka

Cetakan           : Pertama, Juli 2019

Tebal               : 203 halaman

ISBN               : 978-602-0708-21-8

Resensi ini ditulis Abraham Zakky Zulhazmi (pengajar di prodi KPI IAIN Surakarta), sebelumnya tayang di Harian Solopos, 16 Februari 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *